Asal-usul suatu daerah terkadang menjadi
suatu daya tarik tersendiri pada sebuah tempat. Apalagi jika asal-usul suatu
desa, atau asal mula nama suatu desa atau dusun. Disini saya mencoba
menghadirkan hasil cerita rakyat saya yang bertemakan tentang asal mula nama
sebuah desa. Desa ini bernama desa Ngepreh. mengapa saya mengambil cerita ini?
sebab desa ini yang sudah banyak memberikan kenangan-kenangan yang tidak dapat
saya lupakan, hingga tua nanti. Semoga dengan saya mengahadirkan cerita ini,
dapat memberikan informasi dan membantu orangtua dalam mendidik anaknya, serta
memberikan tauladan kepada anak agar selalu berbakti kepada orang tuanya.
SELAMAT MEMBACA ^_^
ASAL
MULA NAMA DESA NGEPREH
Dahulu
kala di masa kerajaan mataram jawa, ada seorang tumenggung bernama Tumenggung
Sahid. Tumenggung ini sangat terkenal dengan kedikdayaanya. Tak hanya terkenal
dengan kedikdayaannya. Namun, juga kekayaan keluarganya yang tiada tara
banyaknya. Semua saudara tumenggung, termasuk beliau sendiri kaya raya. Beliau
adalah keturunan ke 8, dari 12 bersaudara. Maka tak hayal banyak para
tumenggung lain iri dengan kekayaan keluarga Tumenggung Sahid. Sehinggga banyak
sekali tumenggung lain yang berlomba-lomba untuk mendapatkan harta warisan
milik keluarga tumenggung. Dengan cara menikahkan anak mereka, dengan salah
putri Tumenggung Sahid.
Walaupun
beliau adalah orang yang berkecukupan, beliau tidak pernah lupa membantu
rakyat-rakyatnya yang kesusahan. Tak hanya dermawan, tumenggung juga memiliki
sifat arif, tegas dan bijaksana. Ia memimpin rakyat dengan adil. Sehingga
daerah kepemimpinannya tumenggung selalu aman dari para perampok jahat, atau
tindak kriminal lainnya. Tak heran banyak rakyat yang segan dengan sifat arif,
kebijaksanaan dan kedermawaan sang tumenggung.
Tumenggung
memiliki dua orang anak bernama Raden Bagus dan Roso Wulan. Ketika kedua orang
anaknya itu telah menginjak dewasa. Tumenggung sahid memanggil mereka berdua.
Kepada anak laki-lakinya, tumenggung sahid berkata, “ bagus, kau sekarang sudah
dewasa nak, ayahmu telah tua. Kaulah yang harus menggantikan kedudukan ayahmu
menjadi tumenggung, bila ayah sudah tidak mampu melaksanakanya.”
Raden
Bagus mendengarkan kata-kata ayahnya dengan cermat. Dia duduk bersila dihadapan
ayahnya. Kepalanya menunduk menandakan hormat kepada ayahnya. “ untuk itu, aku
dan ibumu mengharapkan agar engkau segera beristri, bagus. Kawinlah, sebelum
engkau menggantikan kedudukanku menjadi tumenggung. Katakanlah, gadis mana yang
cocok dengan pilihanmu. Nanti akulah yang akan melamarkannya untukmu.”
Mendengarkan
kata-kata ayahnya itu, merenunglah Raden Bagus. Sebenarnya dia belum memiliki
rencana untuk beristeri. Di dalam hati
dia menolak permintaan ayahnya untuk beristeri. Tetapi, akan menolaknya secara
terus terang, dia tidak memiliki keberanian. Khawatir akan membuat sedih hati
ayah dan ibunya. Beberapa saat lamanya Raden Bagus diam saja, dalam
kebimbangan.
“Mengapa
engkau diam saja, bagus?” kata tumenggung sahid. “apakah kau menolak
permintaanku?.”
“ Ampun Ayahanda,”
kata Raden Bagus dengan hormatnya. “ sama sekali saya tidak bermaksud menolak
perintah Ayahanda.”
“ Tetapi,
mengapa engkau diam saja? ” kata tumenggung. “ mengapa engkau tidak segera
menjawab?.”
“ Ampun Ayahanda,”
kata Raden Bagus. “ soal isteri, hamba tak dapat melaksanakannya segera.”
“Jadi
engkau menolak perintah ayahmu!” Tumenggung sahid membentak.
“ Bukan
begitu, Ayahanda,” kata Raden Bagus. “ sampai saat ini hamba masih dala taraf
menimbang-nimbang, gadis mana yang cocok untuk menjadi menantu Ayahanda.”
“ Baiklah
kalau begitu.” Kata tumenggung sahid. “ pertimbangkanlah masak-masak, dan
hati-hatilah kau memilih calon jodohmu.”
Sesudah
itu Raden Bagus lalu diperkenankan mundur dari hadapan sang tumenggung.
Selanjutnya, kepada anak perempuannya, yaitu Roso Wulan. Tumenggung bagus juga
meminta agar segera mempersiapka diri untuk menerima lamaran orang lain. Roso
Wulantanpa membantah menyanggupi suruhan ayahnya, lalu minta diri mundur dari
hadapan Ayahandanya.
Malam
harinya, Raden Bagus senantiasa gelisah. Sampai larut malam dia tak dapat tidur.
Sedih hatinya, mengingat permintaan ayahnya untuk segera beristeri. Padahal
sama sekali belum punya niat untuk itu.
“Aku
harus pergi dari sini, untuk menhindari paksaan ayah,” begitu pikir Raden Bagus.
Dengan tekad demikian, maka pada waktu larut malam. Ketika seisi ketemanggungan
sedan terlelap beristirahat (tidur). Diam-diam Raden Bagus keluar dari
kamarnya, lalu pergi.
Pagi
harinya, Roso Wulan mengetahui bahwa kakaknya tidak ada di kamarnya. Dia
khawatir, jangan-jangan kakaknya minggat. Dengan harp-harap cemas, Roso Wulanmencari
kakaknya ke mana-mana. Setelah tidak berhasil menemukannya meski sudah
mencarinya ke berbagai tempat, maka yakinlah Roso Wulan, bahwa kakaknya telah
meninggalkan ketemanggungan. Dia mengetahui alasannya mengapa sang kakak pergi,
tidak lain ialah agar terhindar dari paksaan Ayahandanya untuk beristeri.
“Mengapa
dia tidak mengajak aku,” kata Roso Wulandalam hati.
“ Aku
juga bermaksud pergi dari sini, supaya terhindar dari paksaan ayah untuk segera
bersuami.” Kemudian Roso Wulanmasuk kamarnya untuk menyiapkan pakaian. Setelah
itu ia pergi menyusul kakaknya.
Malam
harinya, barulah orang-orang seisi ketemanggungan mengetahui bahwa Raden Bagus
dan Roso Wulanpergi tanpa sepengetahuan orang tuanya. Mendengar laporan bahwa
kedua anaknya pergi, terkejutlah tumenggung sahid. Cepat-cepat ia menyebar
bawahannya ke berbagai tempat. Namun, tidak berhasil menemukan Raden Bagus dan Roso
Wulan. Berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan bertahun-tahun dilakukan
pelacakan, tetapi usaha untuk menemukan kedua orang anak tumenggung sahid itu
tidak menemukan hasil.
Bertahun-tahun
Raden Bagus menggembara, menghadapi berbagai macam cobaan. Suatu ketika ia
bertemu seorang ulama yang mashur di sebuah desa terpencil. Ulama itu bernama Syeh
Abdul Ghofar. Raden Bagus sangat menyegani ulama ini. Kemudian Raden Bagus
berguru dengan beliau dan tinggal disebuah pendopo miliki Syeh Abdul Ghofar.
Adapun Roso
Wulan, di dalam perngembaraannya mencari kakaknya. Setelah, bertahun-tahun
tidak berhasil menemukan kakaknya itu. akhirnya dia putus asa. Saat itu Roso
Wulanberada di sebuah hutan belatara. Dia kemudian singgah di salah satu pohon
di sana. Semua perbekalan Roso Wulantelah habis. Saat itu ia merasa sangat
haus. Kemudian ia mencari sumber mata air di hutan tersebut. Setelah lama
mencari, akhirnya ia menemukan sumber mata air yang berada tepat di tengah-tengah
hutan itu. Ketika, Roso Wulan akan mengambil air. Ia terheran-heran dengan
seuah pohon yang sangat besar. Pohon itu adalah pohon preh raksasa. Tak tahu seperti mendapat wangsit dari
seseorang, ia kemudian mendekati pohon preh raksasa itu. Kemudian, ia bertapa
disitu dan berharap suatu saat nanti akan bertemu kakaknya.
Suatu
malam Raden Bagus bermimpi tentang Ayahandanya. Di dalam mimpinya itu ia
melihat ayahnya sedang sakit keras. Sehingga daerah kepemimpinan Ayahandannya
menjadi daerah yang kacau dan terbengkalai. Seketika itu juga ia terbangun dari
tidurnya. Keesokan harinya, ia bercerita kepada gurunya tentang mimpi yang
dialaminya tadi malam. Tak lama kemudian datang seorang punggawa yang berlari
menghampiri syeh dan Raden Bagus.
“ Ada
apa punggawa? ” tanya Syeh Abdul Ghofar.
“ Iya,
kenapa kau begitu tergesa-gesa sepertinya? ” sela Raden Bagus.
“ Maafkan
saya tuan, ada yang mencari Raden Bagus di depan pendopo ” kata punggawa dengan
nafas terengah-engah.
“ Siapa yang
mencariku? ” kata Raden Bagus penasaran.
“ Tidak
tahu saya den?. Beliau hanya mengatakan ingin bertemu dengan tuan. Kelihatannya
seperti pengawal keraton,” kata punggawa itu lagi.
Segera Raden
Bagus menuju ke pendopo dan menemui orang yang dimaksud tadi. Sampai di pendopo
Raden Bagus sangat terkejut ternyata prajurit yang di maksud punggawa itu
adalah sepupunya sendiri yaitu raden mas
priyo. Raden Bagus kemudian bertanya, “bagaimana engkau bisa menemukanku
disini?.” Namun, Raden Mas Priyo tidak menjelaskan secara detail. Ia hanya
mengatakan bahwa Ayahanda Raden Bagus sakit keras dan meminta agar Raden Bagus
kembali ke ketemanggungan. Seketika itu juga Raden Bagus menjadi lemas. Beliau
ingat dengan mimpinya semalam. Ia merasa sangat bersalah terlah berbuat seperti
itu kepada ayahnya sendiri. Di situ Raden Mas Priyo juga mengatakan juga kepada
Raden Bagus, jika Roso Wulan adiknya
ikut minggat dari ketemanggung menyusul Raden Bagus dan sampai sekarang masih
belum dapat menemukan Roso Wulan. Seketika itu Raden Bagus terkejut bukan main.
Kemudian
Raden Mas Priyo memberikan sepucuk surat kepada Raden Bagus. Kemudian Raden
Bagus bertanya, “ surat apa ini adikku?.”
Raden
priyo menjawab, “ ini adalah surat dari tabib yang mengobati Ayahanda kakanda,
dan inilah alasan saya mencari kakanda sampai kesini.” Lalu Raden Mas Priyo
memberikan surat itu, kepada Raden Bagus. Tanpa pikir panjang lagi Raden Bagus kemudian membuka dan
membaca isi surat tersebut.
didalam
surat itu tertulis bahwa Ayahanda Raden Bagus sakit keras, dan sakit yang
diderita tumenggung sahid sangat sukar disembuhkan. Tabib itu mengatakan bahwa
sakit yang diderita ayahhanda Raden Bagus,adalah penyakit kiriman oleh
seseorang yang tidak suka dengan keluarga Raden Bagus. Tabib juga menambahkan
bahwa obat penawar sakit tumenggung sahid adalah buah dari pohon preh raksasa.
Padahal pohon preh sangat langka ditemukan. Satu-satunya pohon preh hanya berda
di sebuah hutan yang bernama Hutan Grawangi.
Setelah
membaca isi surat tersebut, Raden Bagus terdiam sejenak. Pikirannya
melayang-layang memikirkan keadaan Ayahandanya. Setelah beberapa saat terdiam, Raden
Bagus kemudian mengajak Raden Mas Priyo menemui Syeh Abdul Ghofar dan
menceritakan apa yang terlah terjadi pada tumenggung sahid.
Setelah
beberapa lama berbincang-bincang. Raden Bagus dan Raden Mas Priyo, kemudian
mohon pamit untuk mencari obat penawar tersebut. Tak lupa, Raden Bagus juga
berterima kasih kepada Syeh Abdul Ghofar yang telah banyak membantu dia, serta
telah mengijinkan dia tinggal bersamanya.
Setelah
berhari-hari, berbulan-bulan mencari hutan di pelosok hutan Grawangi. Akhirnya
mereka menemukan hutan preh tersebut. hutan preh itu ternyata terletak di
tengah-tengah hutan. Tanpa pikir panjang mereka mencari buah preh yang
dimaksud. Namun, hampir berminggu-minggu
mereka di sana namun belum menemukan satu pun buah preh. Walau begitu Raden
Bagus tetap mencari tanpa rasa lelah. Ia kan berusaha semaksimal mungkin untuk
menemukan buah preh yang digunakan untuk obat ayahnya.
Pada
suatu siang, Raden Bagus merasa letih setelah seharian mencari pohon preh. Saat
akan istirahat sejenak di sebuah pohon. Tiba-tiba ia menemukan mata air yang
jernih sekali, segera ia mengambil air itu dan meminumnya. Setelah puas meminum
air tersebut, Raden Bagus dikejutkan dengan seorang perempuan yang duduk di
sebuah pohon besar. Raden Bagus berpikir perempuan itu sedang bertapa. Karena
penasaran Raden Bagus mendekati perempuan itu. Sampai di depan perempuan
tersebut, alangkah terkejutnya beliau. Ternyata perempuan itu adalah Roso Wulan,
adik kandungnya. Raden Bagus kemudian membangunkan Roso Wulan dari
pertapaannya. Saat Roso Wulan membuka mata, alangkah terkejut dan senang bukan
main hatinya bisa bertemu dengan kakaknya kembali. Roso Wulan kemudian memeluk Raden
Bagus sangat erat. Ia merasa sudah lama sekali tidak bertemu dengan kakaknya
itu. bgitu juga dengan Raden Bagus ia juga memeluk erat adik kesayangannya itu.
Setelah
berbincang-bincang sejenak. Roso Wulan lalu bertanya “Hal apa yang sampai
membawa kakanda sampai kesini, apakah ada sesuatu hal yang terjadi?”.
“Ceritanya
panjang adikku,”Kata Raden Bagus.
“Intinya
aku di sini ingin mencari buah pohon preh, yang digunakan sebagai obat penawar Ayahanda,”
katanya lanjut.
“Apa?
obat penawar Ayahanda? ada apa dengan Ayahanda kakanda?” dengan muka cemas
bercampur sedih.
“Iya, Ayahanda
sakit keras adikku. Beliau hanya dapat disembuhkan dengan buah pohon preh itu,
dan inilah alasan aku sampai ke hutan ini. ” kata Raden Bagus menjelaskan.
Saat itu
juga, Roso Wulan terkejut mendengar cerita kakaknya tersebut. ia merasa sangat
bersalah sebab telah meninggalkan orangtuanya hanya karna tidak mau cepat-cepat
menikah.
“Aku
bingung sekarang di mana lagi aku harus mencari buah pohon preh tersebut?”.
“Aku
sudah mencari semua pohon di sini, tapi tidak ada satupun pohon preh, apa lagi
buah pohon preh.” Kata Raden Bagus mulai merasa putus asa.
Roso
Wulan baru teringat bahwa ada satu pohon preh raksasa yang ada buahnya.
Kemudian Roso Wulan mengajak Raden Bagus menuju ke tempat pohon preh raksasa
tersebut. Alangkah senangnya Raden Bagus ketika melihat pohon raksasa itu, dan
ada buahnya.
Sesampainya
di tempat pohon preh raksasa tersebut. tanpa pikir panjang lagi Raden Bagus
kemudian langsung mengambil buah pohon preh itu, yang kemudian iya masukkan
kesebuah kantong berwarna hitam. Setelah itu Raden Bagus mengajak Roso Wulan
menuju ke tempat singgah sementara Raden Mas Priyo dan Raden Bagus. sampai
disana Raden Mas Priyo agak terkejut melihat Roso Wulan. Namun ia ikut bahagia
sebab kedua saudara kandungnya sudah bersatu kembali. Saat itu juga mereka
bertiga kembali ketemanggungan.
Sesampainya
di ketemanggungan Raden Bagus dan Roso Wulan lalu meminta maaf kepada kedua
orang tua mereka, terutama Ayahandanya. Namun keadaan ayah mereka sangat
memprihatinkan. Tak lama datang tabib yang membantu menyembuhkan tumenggung
sahid. Kemudian tabib itu meminta buah preh ke Raden Bagus. Tanpa pikir
panjang, Raden Bagus kemudian memberikan buah preh yang terdapat di kantong
hitam tadi. Setelah tabib tersebut mendapatkan buah preh itu. Buah itu kemudian
beliau oleh menjadi ramuan obat, lalu di minumkannya ramuan obat itu pada
tumenggung sahid. Seketika itu juga tumenggung sahis sembuh. Raden Bagus dan Roso
Wulan sangat senang ayahnya dapat sehat kembali, seperti sedia kala. Pada saat
itu juga, di hadapan kedua orangtuanya, Raden Bagus dan Roso Wulan berjanji
tidak akan meninggalkan orangtua mereka lagi. Serta tidak akan lagi, membantah
perintah Ayahandanya.
Beberapa
bulan kemudian Raden Bagus menikah dengan seorang gadis, yaitu putri dari
tumenggung patah kanginan. Nyi Kembar Dini namanya, dan mereka hidup dengan
bahagia di sebuah wilayah yang dulu menjadi tempat Raden Bagus mencari buah
pohon preh. Disana Raden Bagus dan Nyi Kembar Dini mendirikan ketemanggungan.
Raden Bagus menjadi tumenggung di daerah barunya tersebut dan mendapatkan gelar
Tumenggung Bagus Satriyo. Saat itu juga daerah itu beliau namai pedukuhan
Ngepreh, yang diambil dari nama pohon preh itu sendiri. Merekapun hidup bahagia
selamanya.
selesai